Abstract
Sebanyak 328 juta orang dewasa dan 32 juta anak di seluruh dunia memiliki gangguan pendengaran. Gangguan pendengaran dapat terjadi sebagai kelainan kongenital akibat infeksi Rubela pada ibu, komplikasi saat persalinan, penyakit infeksi seperti meningitis, infeksi telinga kronik, penggunaan obat ototoksik, paparan bising yang berlebihan, dan penuaan. Setengah kasus gangguan pendengaran dapat dihindari melalui pencegahan primer. Bayi dengan kehilangan pendengaran konduktif kongenital yang signifikan harus diidentifikasi pada usia 3 bulan dan harus mendapatkan intervensi yang sesuai sejak usia 6 bulan. Deteksi dini khususnya pada usia 6 bulan yang diikuti dengan intervensi yang sesuai dalam waktu 2 bulan memberikan hasil yang lebih baik pada perkembangan bahasa, bicara, dan emosi sosial. Gangguan bicara dan bahasa pada anak umumnya disebabkan oleh gangguan pendengaran. Pemeriksaan skrining pendengaran perlu dilakukan pada bayi atau anak sebelum usia 2 tahun agar dapat dilakukan deteksi dan intervensi dini, mengingat perkembangan otak terbaik terjadi pada usia 2-4 tahun. Pada kegiatan ini didapatkan sembilan anak dengan tuli sensorineural sangat berat yang membutuhkan penanganan lebih lanjut dengan alat bantu dengar atau implan koklea disertai terapi bicara, sedangkan 1 anak lainnya hanya membutuhkan terapi bicara untuk mengejar ketertinggalan kemampuan bicaranya.